Septicemia Epizootika

Sering menyerang kerbau dan sapi, kadang2 pada babi, kijang dan gajah, pernah juga ditemukan pada kuda.

Etiologi : Pasteurella multocida tipe B.2 (di indonesia)

Pada hewan yg rentan, kematian dpt terjadi 24 jam setelah infeksi.

Gejala klinis :
kedunguan, salivasi, demam 40-41 C, berbaring, malas bergerak, sulit bernafas, busung pada leher bagian ventral sampai gelambir kadang samapi ke kaki depan

Pada SE dikenal 3 bentuk : busung, pektoral dan intestinal.
Pd bentuk busung, ditemukan adanya busung di daerah kepala, tenggorokan, leher bagian bawah, gelambir dan kadang2 pada kaki bagian muka. Tidak jarang pula dubur dan alat kelamin juga mengalami busung. Derajad kematian bentuk ini tinggi, sampai 90% dan berlangsung cepat, hanya 3 hari, kadang2 sampai 1 minggu. Sebelum mati, terutama pada kerbau, ganggaun pernafasan akan nampak sebagai sesak nafas (dyspnoe), dan suara ngorok, merintih dengan gigi gemeretak.
Pada bentuk pektoral, tanda2 bronchopneumonia lebih menonjol, yang dimulai dengan batuk kering dan nyer, yang kemudian diikuti dengan keluarnya ingus hidung, pernafasan cepat dan susah. Gejala2 tersebut biasanya berlangsung lebih lama, yaitu antara 1-3 minggu.

Cara penularan :
Diduga pintu gerbang infeksi bakteri ke dalam tubuh hewan adalah daerah tenggorokan. Ternak sehat akan tertular oleh ternak sakit melalui kontak atau melalui makanan, minuman dan alat2 tercemar. Ekskreta ternak penderita (saliva, kemih dan feces) juga mengandung bakteri.
Bakteri yang jatuh ke tanah apabila keadaan serasi untuk pertumbuhan bakteri (lembab, hangat, teduh) maka akan tahan sekitar 1 minggu dan dapat menulari ternak2 yang digembalakan di tempat tersebut.
Sapi yang menderita penyakit SE harus diisolasi pada tempat yang terpisah. Apabila sapi itu mati atau dapat sembuh kembali, kandang dan peralatan yang digunakan untuk perawatan sapi itu harus dihapushamakan. Jangan gunakan kandang tsb selama min. 2 minggu.

Pengambilan sampel :
Pasteurela dpt diisolasi dari feses, kemih, air susu, saliva, swab hidung, swab tenggorokan dan retropharyngeal, lymphoglandula retropharyngeal.

Hasil nekropsi :
Terlihat busung pada glottis dan jaringan perilaringeal maupun peritracheal.

Pengujian Laboratorium :
Serum diuji dengan metode ELISA menggunakan antigen serotype B.2